Yabdhi.com – Tadabbur AlQuran Surat Hud Ayat 10 – 17, Mengapa Orang Shalih Banyak Kekurangan – Pagi ini Selasa 4 Juni 2023, saya mengayuh sepeda dalam perjalanan pulang Sholat Subuh dari masjid, dan seorang teman yang menggunakan motor bututnya juga beranjak dari masjid. Motor butut itu berulang kali mati mesinnya dan dihidupkan kembali oleh sang teman. Pemandangan itu menimbulkan pertanyaan dalam benak saya.
Sang teman adalah seorang yang telah saya kenal saat usia saya sekitar 20-an tahun, saat saya masih di bangku kuliah. Beliau adalah orang yang mengajak Bapak saya untuk mengenal Sunnah Rasulullah.
Dia telah bekerja di perusahaan tempat saya bekerja nyaris dari awal perusahaan ini didirikan. Semestinya dia telah menjadi orang kaya yang bisa dengan mudah mengganti motornya dengan motor baru atau menggunakan mobil yang canggih untuk berangkat Sholat subuh.
Pertanyaan yang terlintas dalam benak saya adalah, Ya Rabb, mengapa Engkau biarkan orang-orang beriman dan shalih ini dalam keterbatasan harta?
Sedangkan saya menyaksikan banyak orang-orang yang tidak menjaga diri dari harta yang haram, tidak sholat berjamaah di masjid, menghantam semua sumber kekayaan tanpa mempedulikan bahwa itu riba’ atau mendzalimi manusia, dan lain sebagainya, mereka bergelimang harta dan bisa membeli apa saja yang mereka inginkan dan apa saja yang terlihat indah bagi mereka.
Pertanyaan Saya segera Terjawab
Dalam perjalanan pulang dari masjid itu, saya melintasi rumah dimana ada mobil mewah terparkir di depannya. Saya beristighfar, harta bukanlah penanda Bahwa Allah menyayangi seorang hamba.
Orang-orang yang diberi taufik untuk menikmati ibadah dengan iklhas adalah orang-orang yang lebih beruntung, karena sesungguhnya merekalah orang-orang yang disayangi Allah, baik mereka diberi kelapangan rezeki ataupun tidak.
Sesampai di rumah, saya membaca Al Quran dan terjemahnya. Kebetulan bacaan saya di awal Juz-12, pada Surat Hud.
Saya tersentak saat membaca terjemah surat Hud dari awal hingga ayat ke-3, 6, 9, 10 dan 11. Karena dari ayat-ayat itu saya merasa seolah kembali diajak bicara/ngobrol oleh Allah yang maha penyayang.
Kemudian saya lebih kaget saat membaca surat Hud tersebut pada ayat 15, 16 dan 17. Itu dengan tuntas menjawab semua pertanyaan saya saat menggayuh sepeda dari masjid ke rumah. Mengapa orang shalih banyak yang berkekurangan.
Serasa Diajak Ngobrol oleh Allah
Terimakasih Ya Allah, hari ini dimulai dengan indah. Engkau mengajakku bercakap-cakap melalui ayat-ayat suci-Mu. Hal seperti ini sering terjadi dan membuatku bahagia tersipu-sipu, bahwa Engkau benar-benar lebih dekat pada kami melebihi dekatnya kami dengan urat leher kami sendiri.
Engkau memperhatikan kami satu per satu dengan teliti, Engkau menjawab pertanyaan, kegundahan, dan alam pikiran kami dengan mesra. Terkadang Engkau seperti membelai pikiran kami, terkadang Engkau mengingatkan kami seolah seorang ibu mengingatkan anaknya yang sangat ia sayangi.
Sungguh kasih sayangMu pada kami ya Rabb, melebihi kasih sayang seorang ibu pada anaknya. Maka jangan biarkan kami tergelincir pada kesesatan dan kemaksiatan, setelah Engkau berikan petunjuk.
Terimakasih atas peringatan dan kesempatan hidup, sehingga kami senantiasa Engkau beri peluang untuk bertaubat dari dosa-dosa kami yang sungguh banyak. Allahummas tur’aurati, wa aamirrau’ati..
Tadabbur Ayat – Al Quran Surat Hud, ayat 1 – 17
Berikut ayat-ayat Al Quran pada surat Hud yang membuat saya merasa diajak ngobrol oleh Allah, untuk menjawab pertanyaan saya, mengapa orang shalih banyak yang berkekurangan, sedangkan penyuka harta haram berkelimpahan:
1. Alif Lam Ra. (Inilah) Kitab (Al Quran) yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi kemudian dijelaskan secara terperinci, (yang diturunkan) dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana, Mahateliti.
2. Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira dari-Nya untukmu.
3. Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan memberikan karunia-Nya kepada setiap orang yang berbuat baik, dan jika kamu berpaling, maka sungguh, aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (Kiamat).
Hingga ayat ke-3 ini, saya merasa bahwa Allah langsung menyuruh saya bertaubat atas pikiran-pikiran saya yang seolah memprotes, mengapa orang-orang beriman banyak yang kehidupan ekonominya tidak sebaik orang-orang yang tidak mengindahkan syariat Allah.
Allah menjanjikan akan memberi kenikmatan melalui perantara taubat itu, tapi ingatlah bahwa kenikmatan dunia itu tetaplah bersifat sementara, hanya sampai waktu tertentu saja.
Kenikmatan sesungguhnya hanya untuk orang-orang yang berbuat baik. Jika kita berpaling dari bersyukur atas nikmat tersebut, maka ada ancaman azab di akhirat.
6. Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
Dari ayat 6 ini, saya merasakan bahwa Allah kembali menegur saya. “Mengapa kamu terus menyibukkan pikiranmu dengan pertanyaan-pertanyaan terkait rezeki manusia?” Apakah kamu lupa, Aku (Allah) telah menetapkan rezeki untuk tiap mahluk-Ku. Di manapun mahluk-Ku berada, Aku akan membuat rezekinya sampai padanya.
Manusia Mudah Lupa Diri dan Suka Pamer Harta!
9. Dan jika Kami berikan rahmat Kami kepada manusia, kemudian (rahmat itu) Kami cabut kembali, pastilah dia menjadi putus asa dan tidak berterima kasih.
10. Dan jika Kami berikan kebahagiaan kepadanya setelah ditimpa bencana yang menimpanya, niscaya dia akan berkata, “Telah hilang bencana itu dariku.” Sesungguhnya dia (merasa) sangat gembira dan bangga.
11. kecuali orang-orang yang sabar, dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar.
“Sudahilah menyibukkan pikiranmu dengan dunia, tidak perlu mengasihani diri sendiri dan orang lain. Kamu sekarang merasa kurang disayangi Allah lantaran kamu merasa kekurangan dalam harta dunia, bukankah demikian yang ada dalam pikiranmu!?“
“Padahal, kalaupun kamu diberi rahmat berupa kenikmatan harta dunia itu, kamu akan bergembira hingga lupa diri. Lalu merasa bangga, merasa bahwa harta itu adalah atas jerih-payah mu sendiri, bukan atas rahmat Allah. Kamu akan cenderung lupa untuk bersyukur.“
15. Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan.
16. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.
17. Maka apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang yang sudah mempunyai bukti yang nyata (Al-Qur’an) dari Tuhannya, dan diikuti oleh saksi dari-Nya dan sebelumnya sudah ada pula Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka beriman kepadanya (Al-Qur’an). Barangsiapa mengingkarinya (Al-Qur’an) di antara kelompok-kelompok, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah engkau ragu terhadap Al-Qur’an. Sungguh, Al-Qur’an itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.
Jawaban Pamungkas Mengapa Orang Shalih Banyak yang Berkekurangan
Ayat ke-15, adalah yang menjawab keseluruhan pertanyaan saya pagi ini. Mengapa orang shalih banyak berkekurangan, sedangkan orang-orang yang menghalalkan segala cara, hingga menempuh jalan riba’, mengambil hak orang lain dengan dzalim, dan lain sebagainya, sementara mereka lalai dari ibadah, makin bergelimang harta dan kemudahan hidup di dunia?
Siapakah orang-orang itu dalam pandangan Allah? Harta yang banyak belum tentu itu merupakan rahmat Allah, tapi bisa juga merupakan bentuk pembiaran (istiddraj) bagi orang-orang yang hanya menginginkan kesenangan dan perhiasan dunia.
Allah memberikan semua yang mereka harapkan dari usaha keras mereka di dunia yang menghalalkan segala cara, karena tidak ada lagi bagian rezeki mereka di akhirat. Sebagaimana tertulis pada ayat-16.
“Apakah kamu mau menjadi orang-orang yang lalai dari mengingat dan mengharapkan akhirat itu? Sehingga Allah permudah kamu mendapatkan harga dunia, walau dengan cara yang tidak halal, kemudian kamu tidak mendapat apapun di akhirat?”
Jawabku: Baiklah ya Rabbi, ya razzaq.. dzulquwwatil matin.. aku ridha dengan ketetapan-Mu. Kami hanya akan terus berdoa, Rabbana aatina fid dunya hasanah, wafil akhirati hasanah, wakinna adzabannar.. Sembari senantiasa berusaha memantaskan diri, untuk menerima amanah kehidupan ini.
0 Komentar